BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Minggu, 31 Januari 2010

Cinta itu Menerima...

Kisah ini saya ambil dari sumber lain, sebuah cerita dimana seorang wanita belajar untuk dicintai suaminya...
Semoga dapat bermanfaat dan menyadarkan kita semua tentang arti cinta...


Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau
marah dia cenderung diam dan pergi kekantornya bekerja sampai subuh,
baru pulang kerumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah.
Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia
workaholic. Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi
menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih
bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir,
memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu
sebagai ungkapan sayang.


Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang
pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluarpun hampir tidak
pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri
dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting
piring yang beradu dengan sendok garpu.
Kalau hari libur, dia lebih sering hanya
tiduran dikamar, atau main dengan anak2 kami, dia jarang sekali
tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang
tidak suka tertawa lepas.


Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja
selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, disuatu hari
yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit dirumah sakit, karena
jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan dirumah,
dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi
perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan
datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha,
temannya Mario saat dulu kuliah.


Meisha tidak secantik aku, dia begitu
sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik
seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan
penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu berhenti berputar
dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona. Setiap
orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat,
akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.


Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario
selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam,
sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu,
karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha
yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang
membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.


Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada
perubahan yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia
tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari
3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas.
Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan komputernya. Atau
termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan
yang membingungkan.


Suatu saat Meisha pernah datang pada saat
Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring
nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau
aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,
Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu
yang nomor satu ini ? tidak mau makan juga? uhh… dasar anak nakal,
sini piringnya, ” lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil
menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya.
Dan….aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar
dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku
yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !
Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika
dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan
berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi
caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit,
ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah
payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang kerumah
saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit
ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.


Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap
melihat perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba2,
membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia
mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang
bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.
Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku
mencintai perempuan berhati bidadari itu? karena tanpa bertanya pun
aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.
Suatu sore, mendung begitu menyelimuti
jakarta , aku tidak pernah menyangka, hatikupun akan mendung, bahkan
gerimis kemudian.
Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik
berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti
ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papa nya, dan
memanggilku, ” Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha ?”
Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat
elektronik itu,

Dear
Meisha,

Kehadiranmu
bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku
tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku
mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya,
karena dia ibu dari anak2ku.

Ketika
aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2
mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku
memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika
aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya.
Ketika konflik2 terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya
kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah
perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap
terasa hampa, meskipun aku menikahinya.

Aku
tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti
ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin
yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya.
Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta
disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku
rasakan.

Aku
tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik
orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen
pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa,
asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan
segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan
seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang
hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita,
aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my
heart.

yours,
[i]
Mario[/i]
Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku
memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat
jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku.
Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak
pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai perempuan lain.
Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku
menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan
diamplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan
untuknya.


Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan
padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang
belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput
anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja
dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam
kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu
lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. Ternyata dia
memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.
Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia
tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih
sayang dari suaminya ? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia
tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu lebih aku hargai
daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku.
Betapa malangnya nasibku.
Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap
merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus
didalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu, aku sudah membuatnya
bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah
kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.
**********


Setahun kemudian…
Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air
mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih
dipenuhi bunga.
Mario, suamiku….

Aku
tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja
dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona
padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika
aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu
posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu
asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin,
ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku… Aku pikir, aku si
puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang
hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja
untukku…..

Ternyata
aku keliru…. aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita.
Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor
dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.

Aku
melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, ” kenapa, Rima ?
Kenapa kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah
memilihmu menjadi istriku ?”

Aku
tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.

Sekarang
aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia
bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku
bukanlah wanita yang sempurna yang engkau
inginkan.

Istrimu,

Rima”

Di
surat yang lain,
[i]
“………Kehadiran
perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es..
Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat
cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang
penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang
Meisha……”[/i]
Disurat yang kesekian,

“…….Aku
bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.

Aku
telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu,
aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku
belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku
tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka
bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang
kerumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah
kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku
tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai
tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat engkau dirawat,
karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah…….
[i]
Meskipun
belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap
berusaha dan menantinya……..”[/i]
Meisha menghapus air mata yang terus mengalir
dari kedua mata indahnya… dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu
disampingnya.
Disurat terakhir, pagi ini…

“…………..Hari
ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu
engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu
pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedu
nia . Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai
kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali,
dan aku hanya mengendarai motor.

Saat
aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran
dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya
tidak sakit.

Tahukah
engkau suamiku,
[i]
Selama
hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9
tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu
dari matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?………”[/i]
Jelita menatap Meisha, dan bercerita,
Siang itu Mama menjemputku dengan
motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus
melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah
yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik.
Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya.
Mama memarkir motornya diseberang jalan, Ketika mama menyeberang
jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi……
aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante….. aku melihatnya
masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak……” Jelita
memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil
untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.
Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia
print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan
tadinya aku ingin Rima membacanya.

Dear
Meisha,

Selama
setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2
dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan
tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan
memeluknya. Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki
dia. Hatiku mulai bergetar…. Inikah tanda2 aku mulai mencintainya
?
[i]
Aku
terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan
besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan
mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana.
Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku….[/i]
Meisha menatap Mario yang tampak semakin
ringkih, yang masih terduduk disamping nisan Rima. Diwajahnya tampak
duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario. [i]Kadang
kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah
pergi meninggalkan kita.[/i]

0 komentar: